Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online - Dalam kehidupanku gak ada masalah dalam rumah tangga maupun lingkungan kerjaku. Suamiku juga amat pengertian dan memenuhi segala kebutuhanku baik lahir maupun batin.
Aku pun dilahirkan dalam lingkungan yang memegang teguh agama dan adat Jawa. Dan tidak heran setelah tamat kuliah aku dan Mas Hendra memutuskan untuk menikah, karena kami telah lama berpacaran. Dalam kehidupanku boleh dibilang berkecukupan, selain ayahku yang seorang pamong di daerah jawa tengah, orang tua Mas Hendra pun terbilang orang cukup berada dan menetap di Jakarta.
Setelah menempuh hidup bersama dalam rumah tangga kami selama 1,5 tahun, maka kami merencanakan menunda punya anak. Mas Hendra ingin aku mencurahkan perhatianku kepada perkerjaan dan ingin tetap menikmati kehidupan berdua dulu tanpa diganggu anak dulu.
Saat ini usiaku menginjak 27 tahun, tinggiku 158cm dan rambut sebahu. Kulitku kata teman2ku sawo matang, karena jika putih pasti kalah dengan orang chinese.
Tidak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta, banyak teman sekampusku yang coba mendekatiku, namun hatiku terpaut pada Mas Hendra saja. Buka materi yang aku kejar pada dirinya, namun karena sikapnya yang santun terhadap aku.
Teman2 bilang aku terlalu pilih-pilih, namun semua itu salah, dan kebetulan Mas Hendra datang kekostku selalu mengendarai mobil BMW kadang Mercy milik orang tuanya. Tetapi aku lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa, dikampungku orangtuaku juga punya mobik seperti itu.
Kehidupan seksualku normal dan Mas Hendra pun tahu tentang seleraku. Ia amat mengerti kapan kami bisa berhubungan badan dan kapan tidak. Akupun tidak mau Mas Hendra terlalu memporsir tenaganya untuk melakukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aku dituntun untuk nrimo dan pasrah saja.
Kami tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Hendra. Di rumah yang luas dan asri ini, kami tinggal dan ditemani dua orang pembantu suami istri. Kedua pembantu ini telah lama ikut dengan orang tua Mas Hendra. Umur mereka kira-kira 65 tahun. Yang perempuan bernama mak Imah dan yang pria bernama pak Bidin.
Kami mempercayakan rumah kepada mereka jika kami pergi berkerja. Setiap hari aki kekantor kadang diantar Mas Hendra dan kadang aku nyetir sendiri.
Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yang dikemudikan oleh seorang pria paruh baya. Pria itu jatuh dan aku karena takut dan kaget, maka aku larikan saja mobilku kearah rumah.
Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online
Sesampai di rumah aku memasukkan mobil dan diam di kamar. Masih terbayang olehku saat pria itu terjatuh dan memanggil-manggil aku untuk berhenti, namun aku tancap gas. Di rumah perasaanku tidak tenang dan itu aku diamkan saja dari Mas Hendra. Setelah kejadian itu besoknya aku minta diantar kekantor dengan Mas Hendra. Hampir tiap malam aku bermimpi bertemu dengan pria yang ku tabrak itu.
Sampai-sampai Mas Hendra heran dengan sikapku yang berubah dingin dan gelisah. Lalu Mas Hendra menanyakan sebab perubahan sikapku itu.
Akupun berterus terang dan Mas Hendra memahaminya. Lalu ia sarankan menggunakan seorang supir untuk mengantarku. Akupun setuju, sebab aku memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri. Beberapa hari kemudian, datanglah sopir yang dicari Mas Hendra itu.
Alangkah kagetnya aku, soalnya sopir itu adalah orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju jika ia menjadi sopirku.
Aku pikir hitung-hitung balas atas kesalahanku saat itu. Namanya pak Rojak, umurnya kira-kira 66 tahun, namun masih kuat dan sehat.
Sejak saat itu aku selalu diantar pak Rojak. Suatu hari saat mengantar aku kekantor sambil bincang-bincang, pa Rojak, bilang padaku "Bu... kalau tidak salah ibu dulu yang nabrak saya dengan mobil ini kan?" tanyanya. Aku terdiam dan pak Rojak pun berkata "Ibu, kejam dan tidak bertanggung jawab." Lalu kujawab "Maaf pak... waktu itu memang saya yang salah, Saya tergesa-gesa saat itu."
Lalu ia diam, aku pun diam saja saat itu hingga sampai di rumah. Sejak kejadian itu sikapnya jadi lain dan aku tidak ambil pusing.
Aneh memang kenapa sejak saat pak Rojak bertanya kepadaku saat iu, aku merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya. Perasaanku kepada pak Rojak serasa ingin terus bersama dengannya. Jika ia pualng sore harinya, aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Dan pagi jika ia datang mengantarku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran.
Perasaanku kepada Mas Hendra biasa saja. Jumat sore saat ia menjemputku, entah kenapa aku minta pak Rojak untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak kesudut dna suasananya romantis. Pak Rojak kuajak makan, kami duduk berhadap-hadapan, ia pandangi terus mataku.
Akupun demikian seperti aku memandang Mas Hendra. Tanpa ada kata-kata ia genggam jemariku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis remaja dengan pasangannya. Pak Rojak lalu meraih tanganku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku dipegang orang selain suamiku dan ada rasa hangat yang mengalir disekujur tubuhku.
Beberapa saat kami menikmati suasana yang tak aku hendaki itu terjadi. Setelah itu kami keluar dari restoran itu dan menuji ke mobil. Di dalam mobil, aku terdiam dan binggung akan kejadian barusan. Otakku tidak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan sopirku yang tidak sepadan denganku dan ia dengan bebasnya meraih dan meremas tanganku. Sebelum mobil berjalan, pak Rojak menoleh kearahku dan kembali meraih jemariku dan lalu ia rengkuh tubuhku lalu ia kecup bibirku. Aku kembali seperti orang linglung.
Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online
Sesampai di rumah aku terus terbayang sensasi kejadian tadi sore itu. Alangkah kurang ajarnya sopirku itu, bisikku dalam hati.
Malam harinya, dengan separuh hatiku, aku layani suamiku dengan apa adanya. Tidak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Hendra mencumbuku dan berhubungan badan.
Pikiranku selalu terbayang wajah pak Rojak, Kalau pikiranku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya pak Rojak? Gak ada rasanya, tapi aku selalu terbayang wajahnya, sampai-sampai saat suamiku berada diatas tubuhku saat melakukan hubungan badab, aku kira pak Rojak yang diatas tubuhku, tapi untunglah aku masih bisa menguasai diri.
Besoknya aku seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namun ia hanya senyum.
Setiap hari, matanya tak luput memandangku dari ujung rambut sampai kaki. Entah kenapa setiap hari, ada-ada saja yang ia pegang dari tubuhku, kadang dada, pahaku dan kadang ia cium bibirku.
Namun aku tidak berontak. Suatu ketika saat pulang kantor, mobil tidak ia arahkan ke rumah tapi kerumahnya di kawasan kartosuro. Di sana suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa aku mau saja diajak turun dan masuk ke rumahnya yang dikelilingi pohon-pohon besar.
Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yang telah tua. Dalam rumah itu hanya ada dipan yang beralaskan tikae dan sebuah bantal. Lalu pak Rojak menutup pintu rumahnya dan menyilahkan aku duduk di pinggiran dipan itu. Kalau dilihat dubuknya seperti rumah dukun dan di dindingnya ada semcam tulang-tulang dan mau menyan.
Pak Rojak kebelakang dan tidak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku. "Bu beginilah keadaan saya," katanya. "Ohhhh... ndak apa lah pak." jawabku.
Lalu tiba-tiba saja ia lingkarkan tangannya di bahuku. "Aku merasa tidak enak...buk saya... ingin merasakan jehangatan tubuh ibu" katanya.
"Dulunya istri saya masih hidup jika tidak ibu tabrak saya saat itu, saya masih bisa menolongnya, namun ibu membuat saya terlambat dan istri saya mati" Terangnya
"Sekarang ibulah yang mengantikannya." Lanyutnya lagi. Aku diam saja saat itu, aku begitu karena pikiranku sudah kosng dan dalam diriku ada semacam gairah yang menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan.
Setelah berkata begitu, satu persatu pakaianku hingga kita sama-sama bugin. Saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. Lalu ia raih inci demi inci setiap rongga di tubuhku. Dan akhirnya ia hujamkan penisnya ke vaginaku berkali-kali hingga derit dipan itu terdengar.
Aku hanya mendesah dan merasa terus dijadikan kuda pacu. Tubuh mulusku dijamah pak Rojak berulang-ulang. Hingga akhirnya ia keluarkan spermanya kedalam vaginaku, ada rasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks. Dan tanpa ku sadari daritadi aku pun telah klimaks. Tubuhku saat itu penuh dengan keringat dan bercampur dengan keringat pak Rojak.
Aku merasakan perih dan nyilu pada vaginaku karena batang kemaluan pak rojak panjang dan besar juga. Hampir seluruh kulit tubuhku merah-merah dan putingku serasa panas akibat gigitan pak Rojak.
Beberapa saat kemudian aku disuruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi. Lalu aku diantar pulang dengan mobilku. Di dalam mobil aku merasa sesal kanrena telah mengkhianti Mas Hendra, namun apa dayaku, sebab pak Rojak amat berkuasa terhadap tubuhku hingga ia berhasil menelanjangi dan menyutubuhi ku.
Sejak saat itu, bila ada waktu saat aku pulang kantor, pak Rojak selalu menyutubuhiku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia dengan seenaknya tidur di rumahku dan kamipun berhubungan badan di atas ranjang kami dengan Mas Hendra. Setiap ia menyetubuhiku aku selalu merasakan puas dan pegal-pegal pada vaginaku. Kedua pembantuku tidak curiga atas tindakan kami itu.
Pak Rojak pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku. Hampir selama 6 bulan aku menjadi bulan-bulanan nafsu pak Rojak dan akupun merasakannya.
Namun aku sedikit tenang, aku tidak bakalan hamil. Karena aku sudah memasang spiral, dan itu aku sadari, karena setiap berhubungan sex dengan pak Rojak, ia selalu mengeluarkan air maninya ke dalam rahimku.
Aku sempat mencium bau tidak enak saat pak Rojak berada diatas tubuhku. Bau keringatnya amat busuk, namun aku selalu mengganti sprei ranjangku setiap ia meniduriku. Sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu.
Kamar pun aku semprot dengan wewangian dan acnya selalu menyala. Dan sekian lama aku mengetahuinya dari seorang teman bahwa pak Rojak adalah seorang dukun dan aku telah diguna-gunainya.
Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerjaku itu, kini aku telah terbebas dari guna-guna pak Rojak. Lalu ia, aku pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan seks dengan ku kepada Mas Hendra. Dengan minta duit sekitar 10 juta dari tabunganku, aku munta dia keluar. sejak saat itu ia tidak pernah muncul lagi.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.