BEETOTO ELEVENTOTO dragon togel raja poker 333 indo 168 poker

Monday, October 9, 2017

Hasrat Seks ku Terpuaskan Selingkuh Dengan OB Kantor ku

Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online - Perkenalkan nama aku Linda, umurku 28 tahun, tinggi badanku 165cm, berat badan ku 55 kg, ukuran dada ku 36B dan memiliki paras wajah yang cantik dan kulitku putih bersih. Dengan fisik seperti ini tdiak sulit bagiku untuk menaklukan lelaki yang ku inginkan. Bukan aku menyombongkan diri, namun begitulah kenyataannya.

Aku dan suami ku saat ini sudah mampu memiliki rumah sendiri di kawasan Cimanggis. Dengan kesibukan kami masing-masing, praktis waktu kebersamaan kami hanyalah dua hari dalam satu minggu, yakni sabtu dan minggu. Untuk itu kami memanfaatkan waktu kebersamaan sebaik-baiknya.

Bagi ku hubungan seks dengan suami tidak mengutamakan kwantitas, akan tetapi kwalitas jauh yang lebih penting, karena dengan kwalitas hubungan yang baik maka kenikmatan yang aku peroleh justru sangat maksimal. Jadi dalam hal hubungan seks antara aku dan suami ku tidak ada masalah.

Yang menjadi masalahnya adalah kadang-kadang aku berfantasi ingin melakukan hubungan badan dengan orang dari kalangan bawah. Aku sering berfantasi dan sangat terobsesi untuk berhubungan dengan orang yang memiliki hasrat yang besar dan liar. Hal ini disebabkan karena suami ku selalu memperlakukan aku dengan lembut. Itulah masalahnya!!!

Aku sering membayangkan bagaimana rasanya berhubungan badan dengan orang-orang yang kasar. Mungkin ini semacam fantasi liarku yang terpendam. Ini mungkin timbul dari keadaanku yang sejak kecil selalu bergaul dengan perempuan! Soalnya dari keluargaku semuanya terdiri dari anak perempuan. Dari tiga bersaudara sekandung aku merupakan anak pertama dan kedua adik ku perempuan dan sejak aku berumur 16 tahun ayahku meninggal sehingga praktis kami berempat termasuk ibu ku perempuan semua dalam satu rumah.

Begitu pula saat berkerja, di kantor ku jumlah karyawan terbanyak adalah perempuan. Karyawan laku-laki hanya beberapa orang termasuk security, sopir, dan OB(Office Boy).

Di kandor ku ada satu orang office boy yang membuatku tertarik akan kejantannya. Orang itu namanya Parjo, berasal dari Tegal, satu kampung denganku. Ia baru berusia 21 tahun. Orangnya tinggi besar dan wajahnya lumayan ganteng. Hal yang membuatku kadang terpesona oleh kejantanannya adalah bau keringat yang menyengat dan asli khas bau lelaki.

Aku kerap kali membayangkan bagaimana bila aku disetubuhi olehnya. Aku sering kali memimpikan bahwa memekku disodok oleh batang kemaluangnya yang dari luar celananya tampak mengembung menandakan besarnya isi yang ada didalamnya. Inilah salah satu fantasi liarku yaitu disetubuhi oleh orang yang kasar seperti Parjo. Aku mudah saja dekat dengannya karena kami berasal dari satu kabupaten hanya beda kecamatan.

Sebagai seorang senior marketing aku menempati ruang khusus sebagai kantorku. Pembaca jangan membayangkan kalau ruangan khusus di kantorku ruangan yang tertutup sama sekali. Tidak, ruangan kantorku sebenarnya mirip-mirip aula yang luas. Cuma disekat-sekat dengan pratisi.

Ruang khusus yang ku maksudkan adalah dalam ruangan yang disekat partisi dengan luas kira-kira 2,5 x 2 m hanya di peruntukan bagiku. Karyawan lain yang tingkatannya masih dibawah ku biasanya menempati satu ruang yang disekat secara bersama-sama sekitar 3  atau 4 orang dalam satu ruangan. Dengan demikian aku mempunyai lebih banyak privacy di kantorku ini.

Aku kerap kali membuka-buka internet terutama saat-saat istirahat pada jam-jam menjelang kerja lembur. Soalnya dengan membaca kisah-kisahnya fantasiki bisa melayang sesuai dengan alur cerita yang ditulis oleh si penulis. Aku tak peduli kalau itu kisah nyata aktau cuma karangan si penulis. Yang penting bagiku bisa memuaskan imajinasiku, titik! Oh ya... Karena kesibukan ku, aku kerap kali harus berkerja lembur sore hari hingga sampai jam 20:00 aku baru keluar kantor.

Dalam satu minggu, mungkin aku kerja lembur selama 3 hari. Bagi ku lembur lebih baik dibandingkan harus terkena macet di jalan yang tiap hari selalu menghantui Ibukota Jakarta. Yach... daripada waktu terbuang karena macet di jalanan, mendingan kerja lembur bisa dapat uang tambahan belanja, iya kan?

Suatu sore, seperti biasanya saat menjelang lembur aku mulai asyik membuka-buka kisah-kisah erotis di situs ini. Suasana kantor sudah mulai sepi karena karyawan sudah mulai meninggalkan tempatnya masing-masing. Hal ini sudah biasa bagiku dan tidak menjadi sesuatu yang istimewa sehingga aku cuma menyahut kecil saat satu demi satu rekan-rekanku pamitan untuk pulang duluan.

Aku mulai terangsang saat membaca kisah-kisah yang benar-benar erotis. Ingatanku jadi melayang pada fantasi liar yang selalu mengobsesi ku. Entah karena kebetulan atau memang nasib sedang mujur... Ternyata office boy yang menjadi incaranku saat itu sedang membersihkan ruang meeting yang besok pagi akan digunakan untuk rapat evaluasi bulanan.

Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online

Keperawananku Direnggut Saudara Tiri Ku

Ruang meeting itu persis berada di samping ruanganku sehingga saat si Parjo lewat, keringatnya yang baunya menusuk sempat tercium olehku. Fantasiku kian menggelora begitu mengendus aroma keringatnya itu.

Aku segera mencari akal bagaimana caranya agar si Parjo mendekatiku. Akhirnya aku punya akal untuk menyuruhnya membersihkan ruanganku yang sengaja kubuat berantakan. Ini ku maksudkan agar Parjo berada dekat denganku dan aku bisa terus mencium keringatnya yang seksi itu.

Dengan patuh akhirnya Parjo datang juga ke ruanganku dan mulai membereskan tempatku yang agak berantakan. Aku masih tetap membuka situs ngeres ini sambil menghirup aroma keringatnya yang semakin menyengat saat ia mulai berkerja.

Aku sempat meliriknya saat ia mencuri-curi pandang kearah paha ku yang setengah terbuka. Aku memang memakai rok pendek sehingga pahaku yang putih jenjang kelihatan sangat indah dan sangat kontras dengan rok pendekku yang berwarna gelap. Parjo memalingkan wajahnya dengan malu saat ku tangkap basah mencuri-curi pandang kearah paha ku.

Aku tetap pura-pura sibuk melihat monitot sambil membaca cerita erotis yang tersaji didepanku. Parjo yang sedang berjongkoj membersihkan kolong mejaku tampak berhenti bergerak. Dengan sudut mataku ku lihat ia sedang memperhatikan kedua paha ku dari kolong mejaku. Kubiarkan saja hal itu terjadi. Iseng-iseng aku menggodanya agar ia pusing sendiri melihat keindahan paha ku.

Aku tidak menduga kalau ternyata Parjo seberani itu. Tiba-tiba aku merasa ada benda hangat menyentuh paha ku yang setengah terbuka. Aku tercekat mendapati ia senekat itu, padahal sempat ku dengar masih ada suara orang lain yang sedang bercakap-cakap di ruangan sebelah. Ternyata masih ada dua orang kolegaku yang belum pulang. Mereka sedang bersiap-siap pulang dan sedang berjalan mendekati keruanganku untuk pamitan.

Aku tidak berani berteriak saat tangan Parjo yang nakal mulai menggerayangi paha ku dari kolong mejaku. Aku hanya berusaha mengatupkan keuda paha ku agar tangannya tidak bergerak terlalu jauh. Aku mengigit bibirku menahan geli saat tangannya yang kasar mengelus-gelus paha ku bagian dalam dan tangannya yang terjepit kedua paha ku berusaha bergerak-gerak ke atas.

"Mbak Linda...mau lembur lagi" terdengar suara Ida salah seorang staf bagian puchasing menyapaku dari luar ruangan. "Ehh...Iiiyaa habis buat persiapan meeting besok"aku tergagap menjawab pertanyaanya.

Aku khawatir kalau si Ida dan Dewi yang saat itu belum pulang masuk ke ruanganku dan tahu apa yang terjadi. Yang kurang ajar lagi, ternyata tangan Parjo terus memaksa bergerak keatas hingga aku tak mampu menahannya lagi. Kini tangannya sudah mulai meraba dan meremas vaginaku dari luar CD nylon ku. Aku yang tadi sudah terangsang karena bacaan cerita sex semakin terangsang lagi dengan perlakuan Parjo itu.

"Kita pulang duluan ya mbak...Sampai ketemu besok! Salam buat Rio si kecil."

Suara Dewi sedikit melegakan ku, karena kekhawatiran ku kalau mereka akan nyelonong ke ruanganku tidak terjadi. Mereka berdua langsung keluar ruangan. Kini di kantor hanya tingga aku dan Parjo yang saat itu masih sibuk meremas vaginaku dari luar CD ku.

Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online

Aku yang sudah sangat terangsang tidak dapat menolak lagi apa yang ia perbuat. Tanpa sadar aku membuka kedua pahaku agak lebar. Mendapat angin seperti itu, jari Parjo yang nakal segera menyusup ke dalam CD ku dan mulai mengorek-gorek lubang vaginaku yang sudah mulai basah. Nafas ku sudah mulai memburu menahan gejolak yang mulai mendesak.

Kosentrasiku membaca sudah mulai hilang karena pandangan mataku mulai kabur menerima rangsangan Parjo. Kini bukan hanya tangannya yang aktif bergerilya di selangkahanku yang sedikit terbuka. Lidah Parjo pun mulai bergerak menjilati kedua pahaku sambil bersimpuh di depan kursiku. Rok pendek ku dipaksanya terbuka hingga paha ku semakin terbuka.

Lidah Parjo yang panas menggelora mulai bergerak-gerak liar mnyapu seluruh permukaan kulit paha ku yang sangat sensitif. Tubuhku semakin mengigil menahan geli saat lidahnya menyusuri kulit paha ku disertai dengan gigitan-gigitan kecil. Gila Parjo rupanya tahu kalau aku sedang membuka cerita sex saat ia masuk dan ku suruh membersihkan ruanganku sehingga ia berani berbuat kurang ajar pada ku. Aku sebetulnya tadi cuma menggoda saja. Aku tidak menduka kalau akan sejauh ini.

"Jo..jang..aannnn" aku mendesis tapi tidak berani berteriak karena takut kalau ada orang yang mendengar. Namu Parjo rupanya sudah kesetanan. Pantatku ditariknya ke bawah hingga aku duduk di ujung kursiku. hal ini memudahkan Parjo menyingkap rok ku dan menarik CD ku hingga ke lutut ku. Tanpa membuang waktu, Parjo mengangkat kedua pahaku dan mementangkannya di atas kepalanya.

Wajahnya menyutuk masuk ke dalam selangkahanku dan ia menjulurkan lidahnya ke dalam lubang vaginaku yang sudah sangat basah. Aku tak mampu bergerak lagi. Tangannya yang kokoh memegang erat kedua pahaku hingga tak bisa lagi bergerak. Aku takut memberontak karena aku sudah duduk di ujung kursi, jadi kalau bergerak dengan keras aku mungkin akan bisa jatuh.

Aku hanya pasrah dan menikmati saja apa yang seharusnya tidak boleh ku lakukan. Aku memang terobsesi bercinta dengan orang kasar seperti dia, namun itu hanya sebatas fantasi liar ku. Aku tidak ingin mengkhianati suamiku.

Desakan birahiku semakin menyergapku saat lidah Parjo menyeruak masuk kedalam lubang vagina ku dan bergerak kasar menggesek-gesek menggelitik lubang vagina ku. Lidahnya yang kasar bergerak liar semakin dalam kedalam lubang vaginaku. Nafasnya yang menggemuruh kurasakan menghembus bibir vagina ku.

Mataku mulai berkunang-kunang menahan gejolak nafsu ku yang kian meledak-ledak. Perutku sudah mulai kejang karena bibir Parjo mulai menyedot-nyedot  klitoris ku yang sudah sangat membengkak. Aku hampir saja mencapai orgasme saat tiba-tiba telepon di mejaku berdering.

"Joooo...Stop...stopppp" Seolah-olah tersadar akan keadaanku, aku segera berteriak keras menghentikan aktivitas Parjo. "Ma...Maaf bu..." ujarnya.

Mungkin karena takut aku akan berteriak, Parjo segera berhenti dan langsung kelur ruanganku serta menghilang ke dalam ruang meeting. Aku segera membereskan pakaianku yang acak-acakan dan mengatur nafas sebelum mengangkat telepon.

"Halloo..."Sapa ku di telepon. "Mah...ini aku Edy! Mau pulang sama-sama enggak?" terdengar suara suamiku di seberang sana. "I..iyaa... Aku tunggu Pah..." akhirnya aku memutuskan untuk jadi lembur hari itu.

Aku merasa bersalah dengan suamiku. Untung saja tadi suamiku menelpon hingga aku tidak berbuat terlalu jauh dengan si Parjo. Untuk menutupi rasa bersalahku sekaligus menuntaskan apa yang tadi telah dimulai Parjo, malam itu aku mengajak suamiku bermain cinta.

Aku melayani suami ku secara total. Kami yang biasanya bermain cinta sekali. Malam itu aku meminta suamiku menyetubuhiku hingga tiga kali. Gila! untung saja suami ku tidak terlalu curiga dengan keganjilan ini. Hari ini aku selamat dari perbuatan selingkuh.

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa sudah hampir satu bulan sejak kejadian waktu aku hampir saja mengkhianati suamiku dengan kejadian di ruangan kantorku. AKu pun sudah mulai dapat melupakan kejadian itu soalnya selama ini aku juga hampir tidak pernah melihat Parjo. Aku pun tidak berusaha ingin mengetahui keberadaannya.

Kira-kira satu minggu menjelang bulan puasa kegiatanku semakin bertambah sibuk. AKu harus banyak mempersiapkan kegiatan promosi menjelang penjualan untuk hari raya lebaran nanti. Untuk itu aku banyak melakukan lembur seperti biasanya.

Aku masih ingat saat itu hari Kamis tanggal 7 Oketober, aku seperti biasanya lembur di kantor. Saat itu yang ada di kantor hanyalah aku dan Ida yang juga sedang lembur menyelesaikan tugasnya. Kira-kira pukul 18:00, Ida mendatangi ruanganku dan mengajakku pulang bersama-sama, namun aku yang masih harus menyelesaikan beberapa laporan memintanya untuk pulang duluang, sehingga praktis di kantor hanya tinggal aku sendirian. Aku tidak takut karena sudah terbiasa, lagi pula ada security yang selalu berjaga-jaga di lobby bawah di lantai satu.

Entah karena ruangan AC yang dingin atau mungkin karena sejak sore tadi aku belum ke toilet makan aku merasa ingin sekali buang air kecil. Karena desakan itu aku pun meninggalkan ruanganku dan pergi ke toilet yang letaknya di luar ruangan kantor namun masih satu lantai dengan kantorku.

Karena aku yakin sudah tidak ada orang lain, makan aku melepas CD ku dan memasukkannya ke tas ku sebelum ke toilet. Hal ini ku lakukan agar mudah melepas hajatku nanti. Praktis saat itu tanpa mengenakan CD saat pergi ke toilet. Toh rok perndekku cukup tebal, jadi kalaupun masih ada prang tidak bakalan ketahuan, pikirku.

Keadaan memang sepi di kantor. Saat aku melewati koridor di samping kantorku pun tidak tampak satu orang pun di sana. Aku lalu masuk ke toilet dan menutup pintu kemudian langsung menghambur masuk ke salah satu toilet yang berjajar di sana. Aku merasa lega sekali setelah hajatku yang sedari tadi merongrongku terlepas sudah. Kini aku bisa kembali berkerja dengan tenang.

Saat itu aku sedang merapikan pakaianku di depan cermin toilet. Aku terkejut setengah mati saat aku tersadar bahwa ternyata di toilet sudah ada orang lain selain diriku. Yang lebih mengejutkan ternyata orang itu adalah Parjo yang sedari tadi memperhatikan diriku saat mematut diriku di depan cermin

Belum sempat hilang rasa terkejutku, Parjo sudah mendatangi dan langsung memeluk tubuhku. Aku yang termasuk sudah cukup tinggi untuk ukuran wanita ternyata masih terlalu kecil bila dibandingkan dengan Parjo.

Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online

Mingkin tingginya sekitar 175-an karena ternyata tinggi tubuhku hanya sebatas hidungnya saha. Selain tinggi, tubuh Parjo sangat kekar dan tegap hingga aku tak mampu bergerak saat kedua tangannya yang kokoh menyergapku.

Didekapnya tubuhku erat-erat dengan kedua lengannya yang kokoh. Kemudian sambil sedikit menundukan kepalannya, bibir Parjo yang tebal mulai menyentuh bibirku.

Lidahnya mulai menerobos bibirku dan mencari-cari lidahku. Nafasnya mendengus-dengus menggebu-gebu. Aku tidak mampu menghindar karena tubuhku terjepit lengannya yang begitu kokoh.

“Hmmngghh.. Ughh..”, saat lidah Parjo dapat menemukan lidahku, ia mulai mengerang dengan suara yang benar-benar maskulin. Aku yang tadinya berusaha meronta-ronta, mulai berdesir darahku mendengar erangan maskulinnya itu.

Aku merasa betapa dekapan Parjo begitu ketat menarik tubuhku hingga tubuh ku dan tubuhnya berhimpitan sangat ketat. Aku dapat merasakan ada benda yang mengganjal di perutku dari balik celana Parjo. Tangan Parjo yang mendekapku mulai bergerak nakal. Satu tangannya mulai meremas buah pantatku dari luar rok ketat ku sedangkan tangan satunya sangat ketat mendekap punggung ku.

Aku mulai terangsang saat lidah Parjo yang bergerak liar di dalam mulutku mulai mendorong-dorong lidahku dan tangannya yang tadinya meremas-remas buah pantatku mulai menyingkap rokku ke atas. Rok ku ditariknya ke atas hingga pantatku yang tidak tertutup CD segera tersentuh langsung oleh telapak tangannya yang kasar. Aku menggerinjal karena tangannya yang kasar terasa geli di pantatku yang halus.

“Hhsshh.. Oughh..” tanpa sadar aku sedikit melenguh karena tangan kasar Parjo meremas buah pantatku yang terbuka dengan gemasnya. Napasku mulai memburu dan gairahku mulai terusik. Apalagi bau keringat Parjo yang menusuk sangat maskulin dalam penciumanku.

“Ja.. Jangan.. Joo.. Ohh.. Sshh” antara sadar dan tidak aku masih sempat meronta dan mulutku masih mencoba mencegah perbuatan Parjo lebih jauh. Namun seolah tak peduli dengan desisanku atau mungkin karena penolakanku tidak begitu sungguh sungguh, Parjo tetap saja merangsekku dengan serbuan-serbuan erotisnya.

Lidah Parjo terus saja menjilat-jilat mulutku dan turun ke daguku. Aku semakin gelisah menerima rangsangan ini, apalagi tangan Parjo yang tadinya meremas remasa pantatku kini bergeser ke depan dan mulai mengelus-elus daerah perut di bagian bawah pusarku. Tubuhku bergoyang-goyang kegelian menahan serbuan tangan nakal Parjo yang sudah mulai merambah daerah selangkanganku.

“Joo.. Jang.. Jangannhh.. Ohh..” aku semakin mendesis antara menolak dan tidak.

Tangan Parjo yang nakal semakin liar mengaduk-aduk daerah sensitifku. Mulutnya kian gencar menyedot-nyedot leherku. Seolah tak peduli dengan rengekanku, Parjo terus saja bergerak. Kini tangannya bahkan mulai meremas-remas labia mayoraku yang sudah mulai basah berlendir.

Tubuhku tersentak saat jari tangan Parjo mulai menyusup ke dalam labia mayoraku dan mulai mengorek-korek tonjolan kelentitku. Digerakannya jarinya berputar putar menggesek kelentit ku. Kaki ku seolah sudah tak bertenaga hingga tubuhku sudah tersandar sepenuhnya di pelukan Parjo. Sambil terus memutar-mutar jarinya di tonjolan kelentitku, Parjo mulai mendorong tubuhku dan
diangkat untuk didudukkan di atas toilet rest room yang dingin itu. Aku yang sudah mulai pasrah hanya diam saja atas perlakuannya.

Parjo lalu melepaskan jarinya dari selangkanganku dan ia mulai berjongkok di hadapan ku. Wajahnya berada dekat sekali dengan selangkanganku yang terbuka lebar.

“Aw.. Ohh..” tubuhku kembali tersentak saat tiba-tiba Parjo menyurukkan wajahnya ke selangkangan ku dan mulutnya menyedot-nyedot bibir kemaluan ku.

Lidahnya yang panas menerobos masuk di antara labia mayora ku dan mengais-ngais daging hangat lubang vagina ku. Tanpa sadar aku meremas rambut Parjo yang jabrik itu. Tanpa bicara, Parjo terus bekerja! Ya sedikit bicara banyak bekerja!! Ini benar- benar tepat untuk keadaan Parjo saat itu.

Lidahnya kini mulai mempermainkan kelentit ku yang sudah semakin mengembang. Perutku mulai kejang karena menahan kenikmatan yang hampir meledak.

“Shh.. Ouhh.. Shh.. Ter.. Rushh Jo..” bibir ku tak henti-hentinya berdecap menahan kenikmatan yang mulai naik ke ubun-ubun ku.

Aku yang tadinya berkata jangan, sekarang meminta Parjo untuk terus! Tanganku tanpa sadar merengkuh kepala Parjo agar semakin ketat menempel ke selangkanganku. Rupanya Parjo tahu kalau aku sudah hampir mencapai orgasme. Lidahnya semakin gila mempermainkan kelentit ku.

Bibirnya menyedot seluruh cairan yang semakin membuat vagina ku basah. Aku hampir saja mencapai klimaks saat tiba tiba Parjo menarik kepalanya dari selangkangan ku. Aku hampir saja terjatuh dari dudukku karena pantat ku tanpa sadar bergerak maju mengejar wajah Parjo yang di tariknya.

Parjo benar-benar mempermainkan aku. Saat aku sudah menjelang orgasme, tiba-tiba ia menghentikan pekerjaannya yang belum tuntas. Napasku sudah ngos-ngosan karena didera nafsu.

Parjo yang sudah berdiri di depan ku mulai melepas gespernya dan memerosotkan celana sekaligus CD-nya hingga ke lututnya. Aku benar-benar terkejut melihat kont*l Parjo yang luar biasa. Besar dan panjang.. Luar biasa. Aku ngeri melihatnya. Jangan-jangan vaginaku bisa jebol dibuatnya. Benar-benar sesuai dengan ukuran tubuhnya yang perkasa.

Kont*l Parjo yang perkasa berdiri tegak mengacung ke arah wajahku yang terpaku melihatnya. Tanpa memberi kesempatan padaku untuk berlama-lama melihat kont*lnya yang perkasa, Parjo segera menarik tubuh ku dan membaliknya. Kini aku berdiri menghadap cermin.

Kedua tangan ku bertumpu di atas toilet yang tadi ku duduki. Tangan Parjo yang kekar mendorong punggungku sedikit membungkuk hingga pantat ku agak menungging. Lalu kedua kakiku digesernya agar lebih membuka.

Bulu-bulu di tubuh ku mulai merinding saat ada benda hangat dan tumpul mulai bergesek-gesek di bibir kemaluanku mencoba masuk. Lubang vaginaku yang sudah licin sangat membantu penetrasi yang
dilakukan Parjo dari arah belakang.

“Oghh..” kudengar Parjo menahan napas saat ujung kont*lnya yang seperti topi baja mulai terjepit labia mayora ku. Aku pun tak mampu bernapas karena benda itu terasa sesak sekali mengganjal selangkanganku. “Hkk.. Hh.. Shh.. Ouchh” aku mendesis tercekat.

Parjo agak kesulitan mendorong kont*lnya masuk ke dalam lubang vaginaku yang agak kesempitan menerima serbuannya. Aku sendiri heran, aku yang sudah pernah melahirkan terasa seperti perawan
saja saat ditembus batang kont*lnya. Terus terang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan milik suami ku. Aku menjadi lupa diri saat itu. Yang ku tahu aku harus menuntaskan gairah napsu ku.

Berkali-kali Parjo terus mendorong batang kont*lnya. Tanpa sadar aku ikut membantunya dengan menggeser pantatku hingga kont*l Parjo terdorong masuk. Tubuh ku bergetar karena seluruh lubang vaginaku seperti tergesek oleh besarnya kont*l Parjo yang baru masuk kira-kira setengahnya saja.

“Ouchh.. Hhahh..” aku berkali-kali pula mendesis menahan nikmat yang kembali naik ke kepalaku.

Dengan pelan Parjo kembali menarik batang kont*lnya dari jepitan lubang vagina ku. Didorongnya lagi hingga bertambah dalam batang itu menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku yang sudah
mulai bisa beradaptasi dengan besarnya kont*l Parjo. Sekarang gerakan maju mundur batang kont*l Parjo mulai lancar.

Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online

“Hugghh..” kami sama-sama menahan napas saat kurasakan seluruh batang kont*l Parjo sudah masuk ke dalam jepitan lubang vaginaku hingga ke pangkalnya. Itu aku rasakan karena pantatku menempel ketat pada kantung biji telur kemaluan Parjo.

Lubang vagina ku terasa berdenyut-denyut meremas batang kont*l Parjo yang memenuhi lubang vaginaku. Panjang sekali batang kont*lnya hingga mulut rahimku seolah-olah seperti tersodok benda tumpul. Tubuh kami terdiam seperti terpatok satu sama lain oleh pasak yang menyumpal lubang kemaluan ku.

Tangan Parjo yang tadinya memegang kedua sisi pinggulku mulai menyusup ke dalam gaun ku dan bergerak meremas kedua payudaraku. Tangannya yang kasar membuat tubuh ku menggelinjang saat meremas payudara ku yang sudah terlepas dari BH-ku. Kait BH-ku memang ada di depan hingga mudah bagi Parjo melepas penjepitnya.

Mataku terpejam menahan desakan napsu yang mulai mendesak dari perutku. Dengan pelan Parjo mulai menarik batang kont*lnya dari jepitan lubang vaginaku lalu mendorongnya kembali. Tubuhku mulai bergetar saat batang kont*lnya menggesek gesek seluruh dinding vaginaku.

Sambil berpegangan pada kedua payudaraku, Parjo terus mendorong dan menarik pantatnya. Gerakan batang kont*l Parjo dalam lubang kemaluanku semakin lancar karena sudah banyak sekali cairan pelicin keluar dari lubang kemaluanku. Mulut Parjo yang tak henti- hentinya menjilati kudukku terasa semakin membuatku melayang ke awan tak bertepi.

Tangan Parjo yang tadinya meremas payudaraku di lepasnya dan menarik wajahku agar menengok ke belakang. Bibir ku langsung dipagutnya dengan bibirnya yang tebal begitu wajah ku menoleh. Lidah Parjo segera didorong masuk ke dalam mulut ku dan mulai menggelitik rongga mulutku. Aku jadi ingat saat membaca majalah porno yang dibawa suamiku dulu. Ini rupanya yang disebut posisi 99. Baru kali ini aku merasakannya.

Posisi 99 dilakukan dengan kedua pasangan menghadap ke arah yang sama, laki-laki di belakang dan perempuan di depan. Penis laki-laki menusuk vagina atau anus si perempuan dari arah belakang, sementara tangan si lelaki meremas-remas payudara si perempuan dan keduanya saling berpagutan bibir. Indah sekali!!

Aku tidak pernah membayangkan kalau akhirnya aku melakukan hubungan seks dengan posisi seperti ini. Tangan Parjo kembali menyusup ke dalam gaun kerjaku dan mulai mengerjakan tugasnya meremas-remas kedua payudaraku. Bibirnya memagut bibirku dengan lidahnya mendorong-dorong lidahku.

Sementara batang kont*lnya terus menghunjam lubang vaginaku tanpa ampun. Berkali-kali rambut kemaluan Parjo yang kasar seperti habis dicukur menggaruk-garuk pantatku saat kont*lnya melesak ke dalam lubang vagina ku hingga ke pangkalnya. Aku pun berkali-kali mengerang tanpa rasa malu-malu lagi. Aku memang selalu ribut kalau sedang bersenggama.

Tanpa harus diperintah, aku mulai menggoyangkan pantatku mengikuti irama tusukan kont*l Parjo. Tubuh ku mulai terhentak-hentak dan gerakan pantatku sudah tidak terkendali. Pantat ku semakin cepat bergoyang dan mundur menyambut dorongan kont*l Parjo hingga masuk sedalam-dalamnya ke dalam jepitan lubang vaginaku.

“Ter.. Rushh.. Joo.. Oohh” aku terus mendesis-desis tak terkendali. Tubuhku seolah melayang dan ringan. Parjo semakin cepat menarik dan mendorong kont*lnya menghunjam lubang vaginaku. Aku
tersentak. Perutku terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.

“Terushh Linn.. Terushh..” kudengar Parjo menggeram sambil menusuk-nusuk lubang vaginaku kian kencang. Lalu mulutnya kembali melumat bibirku dan tanpa dapat kutahan lagi tubuhku berkelojotan melepaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung lagi.

Aku menggigit bibir Parjo yang melumat bibirku. Pada saat yang sama, tubuh Parjo pun menggeliat dan tersentak-sentak seperti penari breakdance.Tubuh bagian bawah kami yang saling menempel menggeliat secara bersamaan. Pantat ku yang menempel ketat dan seperti terpaku pada tulang kemaluan Parjo memutar tak terkendali.

“Arghh.. Shh..” seperti suar koor, kami berdua menggeram secara bersamaan.

Otot-otot vagina ku berdenyut-denyut mencengkeram kont*l Parjo yang tertanam sepenuhnya didalamnya. Cratt.. Cratt.. Cratt.. Crat.. Crat.. Akhirnya kont*l Parjo mengedut-ngedut dan hampir
lima kali menyemburkan cairan hangat yang menyiram ke dalam mulut rahimku. Terasa begitu kencang semburan air mani Parjo menyemprot dalam lubang vaginaku. Kami terus bergerak hingga tuntas sudah air mani Parjo terperas denyutan lubang vagina ku.

Akhirnya kami sama-sama terdiam lemas tak berdaya. Napas kami saling memburu. Denyut jantung ku berdentum setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Aku yang kelelahan tak mampu bergerak lagi dan ambruk di atas toilet.

Ku biarkan saja kont*l Parjo yang masih menancap erat dalam lubang vagina ku. Tubuh Parjo pun ambruk menindihku. Pantat ku tetap menempel ketat pada tulang kemaluannya. Aku merasakan betapa banyak cairan air mani yang disemprotkan Parjo ke dalam lubang vaginaku hingga sebagian meleleh ke paha ku.

Perlahan-lahan kont*l Parjo mulai melembek dan akhirnya terlepas dari jepitan lubang vaginaku dengan sendirinya. Beberapa saat kemudian Parjo bangkit dan masuk ke WC. Kudengar suara gemericik air, mungkin ia sedang membersihkan kont*lnya yang lengket oleh cairan kami berdua.

Ia juga mengambil tissue dari WC dan kemudian membersihkan lelehan air maninya yang membasahi paha ku dengan telaten. Beberapa kali ia mondar- mandir ke WC mengambil tissue dan membersihkan semua cairan dari selangkangan ku. Geli sekali rasanya saat tangannya yang kasar dengan nakal meremas-remas vagina ku saat membersihkan dengan tissue.

“Terima kasih Lin.. Sorry aku sudah tidak tahan ingin menikmati keindahan tubuhmu” ia tidak lagi memanggilku dengan ibu tapi langsung namaku begitu saja. Aku hanya terdiam. Aku sebenarnya menyesal juga telah melakukan pengkhianatan pada suami ku. Tapi semua sudah telanjur. Aku hanya mengangguk saja saat ia meminta maaf untuk yang kedua kalinya.

Aku merapikan pakaianku dan kembali ke ruanganku dengan langkah gontai akibat kelelahan setelah bersetubuh sambil berdiri tadi. Parjo pun segera membersihkan lantai dari lelehan air maninya yang tercecer di rest room itu.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.30 malam saat aku masuk ruanganku. Jadi hampir satu jam aku bersetubuh dengan Parjo di rest room tadi. Aku masih sangat lelah hingga tak mampu lagi
berkonsentrasi dengan pekerjaanku. Aku hanya terpaku di depan mejaku menatap layar monitor yang tetap menyala.

Aku tersentak dari lamunanku saat HP-ku berdering. Kulihat di layar ternyata suamiku menelpon.

“Hallo mah.. Kemana saja kamu? Dari tadi kutelepon kok tidak diangkat?” terdengar suara suamiku di seberang sana. “Oh.. Eh.. Anu.. Tadi aku ke toilet.. Habis perut ku rasanya mulas setelah makan siang” jawabku mencari alasan yang tepat. “Tapi.. Kamu enggak apa- apa kan?” terdengar suara Mas Edy agak khawatir “Enggak apa-apa kok pah..” jawab ku. “Ya sudah kalau enggak apa-apa.. Mau pulang bareng enggak?” kata suami ku lagi. “Enggak ah.. Aku masih mau lembur soalnya laporan musti selesai malam ini juga” aku yang memang berniat mau meneruskan pekerjaanku meminta suamiku tidak usah menjemputku.

Aku kembali menatap monitor yang menyala di depanku. Pikiranku belum bisa diajak berkonsentrasi. Aku sangat merasa bersalah telah mengkhianati suamiku yang begitu mencintaiku. Di sisi lain aku
merasa ada rasa aneh saat mengingat kejadian tadi. Pikiran ku masih melayang ke tempat lain saat ada tangan kuat memeluk ku dari belakang. Aku kembali tersadar dari lamunanku.

“Eh.. Su.. Sudah Jo.. Jangan lagi” aku berusaha berontak setelah aku tahu bahwa pemilik tangan kekar itu ternyata Parjo yang memelukku dari belakang. “Enggak apa-apa Lin.. Aku sayang sama kamu..” bisik Parjo sambil memelukku. Aku tak mampu melawan Parjo yang sudah mulai bernafsu lagi. Apalagi tubuhku masih terasa lemas sekali sejak digoyang Parjo di rest room tadi.

Napas Parjo yang memburu terasa panas menghembus di leherku saat lidahnya mulai menjalar menjilati kudukku. Aku masih berusaha menghindar saat bibirnya berusaha mencium pipi ku.

Tetapi tangan Parjo yang kokoh segera memaksa wajahku menghadapnya dan bibirnya yang tebal segera melumat bibir ku. Aku hanya mampu menutup bibirku erat-erat sebagai upaya penolakanku.

Namun lidah Parjo tak putus asa berusaha menggesek bibirku dan menyusupkannya ke dalam mulutku. Akhirnya pertahanan ku bobol juga. Lidah Parjo berhasil menyusup ke dalam mulutku dan mulai mendorong-dorong lidah ku. Tangannya yang kokoh mulai meremas-remas payudaraku dari luar gaun.

Mendapat rangsangan seperti itu, perlahan- lahan gairahku mulai bangkit lagi.Lidahku akhirnya membalas dorongan lidahnya hingga kami saling berpagutan. Sambil tetap menciumi lidahku, Parjo mengangkat tubuhku dan memondong ku dibawa ke ruang meeting VIP yang khusus dipakai menjamu tamu VIP. Ruangan itu cukup luas dan dilengkapi dengan sofa yang empuk.

Tubuhku segera dihempaskan ke sofa itu dan kembali Parjo mencumbuku dengan ganasnya. Dengan sikap posesif, Parjo terus mencumbu ku di ruang meeting VIP itu.

Seluruh tubuh ku mulai bergelora dan tergelitik. Tangan Parjo yang terampil mulai melepaskan kancing gaunku satu persatu. Sekarang aku hanya mengenakan rok ketat dan BH. Kembali Parjo menggumuliku di sofa empuk itu.

Lidahnya yang tadinya menggelitik lidah ku mulai bergeser turun ke leherku, sementara itu tangannya segera melepaskan pengait BH-ku dan melepaskan BH tersebut hingga tubuh bagian atasku sudah tanpa penutup lagi.

Lidah Parjo terus bergeser turun dari leher ke bahuku yang terbuka lebar. Tangan Parjo secara otomatis bergerak ke dada ku yang sudah terbuka dan bermain-main di sana. Kedua payudara ku terasa agak sakit karena Parjo meremasnya dengan kasar dan gemas.

“Ohh..” tanpa sadar aku menggumam saat kedua puting payudaraku yang didekatkan satu sama lain dilumat mulut Parjo dengan rakus secara bersamaan. Lidahnya yang kasar dan panas mempermainkan kedua puting payudara ku. Tubuh ku terasa bergetar menahan gairah.

Aku tak henti-hentinya mendesis menahan geli dan nikmat saat mulut Parjo melumat payudara ku dengan gemasnya. Tangan Parjo lalu melepaskan satu-satunya penutup tubuhku. Rok ku dilepasnya hingga aku betul- betul telanjang bulat.

Aku baru kali ini telanjang bulat di kantor ku sendiri. Aku berbaring telentang di sofa sambil tanganku berusaha menutupi selangkanganku karena jengah. Mata Parjo tak pernah lepas dari tubuhku ketika ia membuka pakaiannya satu demi satu.

Aku menahan napas melihat Parjo yang sudah telanjang bulat di depanku. Perutnya datar dan keras. Tungkai dan lengannya yang kokoh sangat lebat ditumbuhi rambut. Tubuhnya tegap berotot, urat-urat darah yang kuat terlihat jelas di lengannya. Parjo lalu duduk di dekat tubuh telanjang ku.

“Tubuhmu seksi sekali Lin..” bisik Parjo di telingaku.

Tangannya segera bergerak mengelus dadaku. Ibu jarinya melakukan gerakan melingkar di atas payudaraku hingga membuatku menggelinjang kegelian.

Tangannya lalu meraba perut ku dan terus bergeser turun dan menyingkirkan tanganku yang menutupi selangkangan. Di tangkupkannya telapak tangannya di bukit vaginaku dan ditekankannya tangannya di sana sambil meremas pelan.

“Ohh..” aku hanya mendesis menahan gairah.

Parjo lalu menundukkan wajahnya dan merangkak di atasku dengan posisi terbalik.Mulutnya segera menyerbu payudaraku. Lidahnya menyapu-nyapu seluruh permukaan kulit payudaraku dan menyedot putingku dengan gemasnya.

Tanpa sadar tangan ku bergerak meremas-remas rambut kepalanya. Parjo pun semakin bersemangat begitu mendapat respons dariku.

Lidahnya terus merayap turun hingga ke perutku. Kini wajahku menghadap dadanya yang bidang. Mulut ku yang menempel ketat di dadanya secara otomatis mulai merespons.

Keringat Parjo yang berbau menyengat menjadi obsesi ku. Aku tak menyia-nyiakan untuk merasakan keringatnya. Lidahku tanpa malu-malu lagi mulai menjilati puting dada Parjo yang hitam kecoklatan.

Lidah Parjo terus turun ke selangkanganku. Otomatis wajahku kini menghadap ke arah selangkangannya yang merangkak di atasku dengan posisi terbalik.

Batang kont*lnya yang berukuran super menggantung bergoyang-goyang di depan mulutku seperti terong. Karena ujungnya menyentuh-nyentuh mulutku, aku terusik untuk membuka mulut ku dan mulai menjilati ujung topi bajanya.

“Ouchh.. Jo..” tubuhku tersentak saat lidah Parjo mulai menjilati vaginaku dan lidahnya menyeruak ke dalam lubang vagina ku menjilati dinding- dindingnya.

Pantat ku terangkat secara otomatis. “Arghh..” Parjo pun melenguh saat mulutku menyedot-nyedot ujung kepala kont*lnya yang sudah sangat keras.

Setelah puas saling menjilat dan mencumbu, Parjo membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku. Tangan Parjo segera menguakkan kedua pahaku lebar-lebar.

Ia menempatkan tubuhnya di antara kedua paha ku dan mulai menyatukan tubuhnya ke tubuh ku. Kulit Parjo yang sudah licin oleh keringatnya yang berbau menyengat tampak mengkilap. Titik-titik keringat bermunculan di kening dan lehernya. Parjo menghunjamkan tubuhnya dalam-dalam berulang kali ke dalam hingga kedua tulang kemaluan kami saling melekat satu sama lain.

Mulut Parjo segera melumat bibirku yang setengah terbuka karena merasa sesak napas saat selangkangan ku terganjal kont*l Parjo yang melesak ke dalam lubang vagina ku hingga ke pangkalnya.

Dalam sekali rasanya hingga mulut rahim ku terasa agak ngilu tersodok ujung kont*lnya. Aku yang sudah sangat terangsang berusaha ikut bergerak mengimbangi tusukan tusukan Parjo di selangkanganku dengan menggerakkan pantat ku yang tercengkeram oleh kedua tangannya.

Parjo terus mengayunkan pantatnya naik-turun di atas perutku dengan seluruh berat tubuhnya tertumpu di atas perut ku. Dadanya yang bidang ketat menghimpit kedua payudaraku. Napas ku terasa sesak sulit bernapas karena tertindih berat tubuhnya. Apalagi mulut Parjo yang masuk melumat bibir ku berusaha menyedot-nyedot lidah ku.

Aku bisa bernapas lega saat Parjo melepaskan kont*lnya dari jepitan lubang vagina ku dan bangun. Ia duduk di tepi sofa dan mengangkat tubuh ku agar duduk di pangkuannya. Tubuh ku kembali di rengkuhnya dan bibir ku kembali dipagutnya dengan rakus.

Aku yang duduk di atas pangkuan Parjo dengan mengangkangkan kaki di antara kedua pahanya tidak dapat bergerak karena kedua tangannya melingkar erat di punggung ku dan menariknya ketat hingga payudara ku kembali tergencet dadanya yang bidang itu.

Kont*l Parjo yang berukuran super itu tergencet di antara perutku dan perutnya sendiri. Lalu kedua tangan Parjo bergeser ke pantat ku dan mengangkatnya hingga aku setengah berdiri menghadap ke arahnya. Kemudian satu tangannya mengarahkan ujung kepala kont*lnya dan diarahkan ke selangkanganku. Tubuh ku diturunkannya dengan pelan hingga sedikit demi sedikit ujung kont*lnya mulai terbenam kembali ke dalam lubang vagina ku.

Aku menahan napas saat batang kont*l Parjo mulai terjepit dinding lubang vaginaku dan melesak ke dalamnya. Seluruh bulu tubuh ku merinding karena batang kont*lnya yang begitu besar serasa
menggesek seluruh celah dinding vaginaku.

“Ahh..” hampir secara bersamaan kami menghela napas lega saat seluruh batang kont*l Parjo akhirnya masuk tertelan lubang vagina ku. Pantat ku terasa geli tertusuk-tusuk rambut kemaluan Parjo yang agak tajam karena di cukur cepak. Aku merasa geli karena kantung telur Parjo yang lunak dan hangat menempel ketat di bawah pantat ku.

Dengan dibantu kedua tangannya yang kokoh yang menyangga kedua buah pantatku, tubuhku bergerak naik turun di atas pangkuan Parjo. Kont*lnya yang terjepit ketat dalam lubang vagina ku menggesek seluruh relung dinding vagina ku. Aku harus menggigit bibirku kuat-kuat agar dapat menahan kenikmatan yang mulai menggerogoti sumsum tulang belakangku.

Parjo menundukkan wajahnya dan segera menyurukkannya ke dadaku yang berayun-ayun seiring dengan gerakan tubuh ku yang seperti menari-nari di atas pangkuannya. Kedua payudara ku di lumatnya dengan bibirnya yang tebal bergantian. Lidah Parjo yang kasar dan panas mengilik-ngilik puting payudara ku yang di jepitnya dengan bibirnya. Aku merasa seperti melayang menerima rangsangan ganda seperti ini.

“Ohh.. Joo..” tanganku segera merengkuh kepala Parjo dan menekankannya ke dada ku. Perut ku mulai merasa kejang-kejang. Gerakan ku mulai tak terkendali di atas pangkuan Parjo. Dinding vagina ku terasa mulai berdenyut-denyut meremas kont*l Parjo yang terjepit di dalamnya. Gerakan ku semakin liar dan kepalaku seperti tersentak ke atas.

“Terrushh Joo.. Oohh” aku menjerit panjang saat ada sesuatu yang pecah di dalam perut ku. Aku sudah tidak mampu menahan jebolnya gairahku. Pantat ku berputar liar di atas pangkuan Parjo seperti ingin menggesek dan menggerus kont*lnya yang terbenam di dalamnya. Tangan Parjo membantuku memutar pantat ku. Aku melayang dan terhempas ke tempat kosong.

Napasku tinggal satu-satu. Lelah sekali rasanya tubuhku. Aku terkulai lesu di atas pangkuan Parjo. Kedua tanganku memeluk erat lehernya untuk menuntaskan sisa-sisa kepuasan yang benar-benar melelahkan. Dinding-dinding vagina ku mengedut-ngedut selama beberapa saat lalu aku terdiam dan ambruk di atas pangkuan Parjo.

Parjo memberiku kesempatan untuk mengatur napasku dengan membiarkan aku terkulai di pangkuannya. kont*lnya yang masih sangat keras tetap kokoh memaku lubang vagina ku.

“Masih capai Lin..?” bisik Parjo di telingaku. “He.. Eh..” aku tak berani melihat wajahnya karena malu, soalnya tadi aku menolak tetapi akhirnya aku berhasil ditundukkannya. Aku malu sekali padanya.

Perlahan-lahan Parjo mengangkat tubuhku dari pangkuannya. Serr.. Nikmat sekali saat batang kont*lnya yang tadi menyumbat lubang kemaluan ku tertarik keluar menggesek dinding vaginaku. Aku sempat melirik batang kont*l Parjo yang begitu basah dan licin mengkilat karena hasil orgasmeku tadi. Aku lalu disuruhnya merangkak dengan menghadap ke sofa. Parjo berlutut di belakang tubu hku yang membelakanginya.

Tubuhku menggelinjang saat lidah Parjo mulai menjalari tulang belakang ku.Lidahnya menjelajah seluruh permukaan kulit punggung ku. Bulu roma ku di buat merinding oleh ulahnya.

“Ughh..” aku melenguh pelan saat mulut Parjo membuat gigitan ringan di atas pinggul ku. Otot-otot perutku serasa ditarik karena rangsangan itu. Mulut Parjo tidak berhenti di situ. Mulutnya terus bergeser turun hingga kini kedua buah pantat ku di gigit-gigitnya dengan gemas. Seluruh tubuh ku bergetar menerima perlakuannya. Apalagi saat lidah Parjo mulai menyapu-nyapu daerah sekitar lubang anus ku.

“Ja.. Jangan Jo..” namun terlambat. Aku tidak mampu mencegah saat lidah Parjo mulai menusuk-nusuk dan mengilik-ngilik lubang anusku. Geli sekali rasanya.Pantat ku tidak dapat bergerak karena dicengkeram kedua tangannya yang kokoh. Aku hanya bisa pasrah dan menikmati jilatan lidahnya di lubang anus ku.

Setelah puas menikmati lubang anusku dengan lidahnya, Parjo mulai mengarahkan kont*lnya ke lubang vagina ku. Ia menusuk vagina ku dengan kont*lnya di antara kedua buah pantat ku. Aku harus menahan napas lagi saat kepala kont*lnya mulai menerobos lubang vagina ku. Agak perih dan ngilu rasanya.

Lubang vagina ku mulai mengeluarkan cairan pelicin lagi saat Parjo mengocoknya dengan ujung kepala kont*lnya yang digesek-gesekkan di antara bibir vagina ku. Hal ini membuat tusukannya bertambah lancar.

“Ughh.. Hkkhh” Parjo menggumam saat seluruh kont*lnya berhasil masuk ke dalam lubang vagina ku. Aku pun dapat bernapas lega setelah seluruh batang kont*lnya melesak masuk. Ia terdiam beberapa saat menikmati denyutan dinding vagina ku yang melumat kont*lnya.

Nafsu ku kembali bangkit saat Parjo berkali- kali memaju-mundurkan pantatnya menarik dan mendorong kont*lnya di dalam lubang vagina ku. Aku kembali tergerak menikmati tusukan-tusukannya dengan ikut menggerakkan pantat ku. Pantat ku maju mundur berlawanan arah mengikuti irama tusukannya.

Jika ia menarik mundur aku maju dan jika ia maju aku mendorong pantat ku ke belakang menyongsong tusukannya.Plok.. Plok.. Plokk.., begitulah setiap kali pantat ku beradu dengan tulang kemaluannya selalu terdengar suara seperti tepukan. Kedua payudaraku berguncang guncang setiap kali vagina ku disodok kont*l Parjo.

Darahku mulai menggelegak terbakar nafsu. Tangan Parjo yang tadinya mencengkeram kedua buah pantat ku sekarang berpindah dan meremas kedua payudara ku yang berguncang-guncang. Jari-jarinya memilin kedua puting payudara ku.

“Ohh.. Joo.. Ter.. Russhh.. Terushh” tanpa malu-malu lagi aku mendesis meminta Parjo terus memompakan kont*lnya. Pantatku yang tadinya maju-mundur kini bergerak memutar seolah hendak memeras. Dinding vagina ku kembali berdenyut denyut. Aku memejamkan mataku berusaha menahan ledakan yang sudah hampir sampai. Aku berusaha menahan lebih lama lagi. Kelentit ku yang sudah mengembang tergesek gesek oleh tusukan kont*l Parjo yang perkasa.

Agen Poker | Domino 99 | Adu Q | Bandar Q | Bandar Poker | Capsa Susun | Sakong Online

“Ohh.. Joo.. Arghh..” aku mengerang panjang. Aku sudah tidak mampu bertahan lagi. Siksaan gejolak napsu itu terlalu kuat untuk kutahan. Aku harus menyerah lagi untuk yang kesekian kalinya, padahal aku yakin Parjo belum apa-apa.

Tubuh ku terasa ringan sekali. Otot perutku mengejang dan tubuhku meliuk melepaskan orgasmeku. Aku terus bergerak menuntaskan orgasmeku lalu ambruk di sofa. Kubiarkan saja kont*l Parjo menancap di lubang vagina ku. Aku sudah terlalu lelah untuk bergerak.

Aku hanya pasrah saat Parjo menarik tubuh ku dan membaringkannya di karpet ruang meeting room itu. Tubuh ku di telentangkannya dan kedua kaki ku dipentangkannya lebar-lebar. Aku berusaha menutupi lubang vagina ku yang menganga dengan tangan ku. Aku risih juga karena bagian tubuh ku yang paling pribadi di pelototi mata Parjo.

Parjo kembali merangkak di atas perut ku dan menindih ku. Kont*lnya yang licin karena lendir orgasme ku kembali di tusukkannya ke lubang vagina ku. Kepala kont*lnya agak mudah tergelincir masuk ke dalam jepitan lubang vagina ku karena memang sudah sangat licin. Ia terus mendorong pantatnya hingga seluruh kont*lnya amblas ke dalam vagina ku.

Dengan bertumpu pada kedua lutut dan sikunya, Parjo mulai mengayunkan pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kont*lnya dengan sendirinya bergerak keluar masuk menusuk-nusuk lubang vagina ku. Aku masih belum mampu bergerak. Kubiarkan saja Parjo sibuk sendiri di atas tubuh telanjang ku.

Bibir Parjo yang terus menerus menciumi bibir lalu leher dan turun lagi ke payudara ku membuat nafsu ku kembali bangkit. Lidahnya yang terus bermain-main di kedua puting payudara ku dan tusukan-tusukan kont*lnya kembali memaksa ku menggerakkan tubuh ku.

“Hmmghh.. Ughh.. Ughh..” mulut Parjo terus saja mendengus seperti kerbau gila.Ayunan pantatnya semakin kencang menghantam vagina ku. Ia terus bergerak memacu ku. Berkali-kali mulut rahim ku tersodok- sodok ujung kont*lnya. Ngilu bercampur nikmat berbaur menjadi satu. Keringatnya telah semakin membuat tubuhnya licin. Aroma keringatnya yang maskulin benar-benar membuatku mabuk karenanya.

Aku semakin tidak mampu bergerak karena berat badan Parjo seolah bertumpu pada perutku. Kedua tangannya berpindah mengganjal kedua buah pantat ku dan mencengkeramnya kuat-kuat.

Bibirnya kini melumat bibir ku dan lidahnya menggesek gesek langit-langit mulut ku. Pantatnya kian cepat memompa menghantam vaginaku. Aku merasa darahku mulai menggelegak. Perutku kembali mengejang pertanda akan mencapai klimaks ku lagi.

Aku berusaha memutar pantatku yang dicengkeram kedua tangan Parjo dengan sisa tenagaku. Gerakan pantat ku memutar menyongsong tusukan kont*lnya yang menderu deru. Vagina ku mulai mengedut-ngedut dan mataku seolah mulai terbalik menahan nikmat. Aku terus bergerak menyongsong nikmat. Gerakan ku dan gerakan Parjo semakin liar tak terkendali. Kami sama-sama mendengus danmengerang.

Tangan Parjo yang meremas kedua buah pantatku terasa lebih kuat. Pantatnya terus menghunjam selangkanganku. Tubuh ku menggeliat dan tersentak. Pantat ku terangkat saat aku merasa ada suatu ledakan di dalam perutku.

“Arrgghh.. Ter.. Rushh.. Terushh.. Oughh” mulut Parjo terus memintaku mempercepat putaran pantatku. Aku terus berusaha bergerak. “Ohh” aku merintih panjang bersamaan dengan geraman Parjo.

Mulut Parjo melumat bibirku kencang sekali saat ujung kont*lnya menyemburkan mani ke dalam mulut rahimku. Crrt.. Crtt.. Crrt.. Crrtt.. Crutt.. Hangat sekali rasanya saat mulut rahimku tersembur air maninya. Tubuh Parjo ambruk di atas perut ku. Kami sama-sama terkulai lemah setelah bertempur habis-habisan.

Aku tidak jadi lembur hari itu. Aku berulangkali disetubuhi Parjo dengan berbagai posisi di ruang meeting VIP itu hingga loyo. Ruang meeting VIP yang biasa digunakan menemui tamu-tamu VIP sekarang kami gunakan untuk saling menuntaskan gejolak nafsu liar kami.

Aku keluar kantor dan pulang ke rumah hampir jam 23.30 malam itu. Perselingkuhan ku dengan Parjo kembali terulang karena ia mengancam ku akan menceritakan perselingkuhan ku dengannya kepada teman-temannya bila aku tidak mau melayani keinginannya. Hampir dua minggu sekali Parjo minta jatah dari ku baik itu di kantor saat sepi, di rest room atau di penginapan yang terdekat.

Sejak saat itu aku menjadi kekasih gelap Parjo, office boy di kantor ku. Ia dan aku telah berjanji untuk merahasiakan hubungan kami dan akan bersikap wajar di depan orang lain. Ia juga berjanji tidak akan mengganggu ku bila aku sedang di rumah atau sedang bersama suami ku

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.